^-^

Welcome to My BLog.....!!!

Jumat, 15 April 2011

Dia...Dia...DIa..Hanya Dia !!!

Dia...Dia...DIa..Hanya Dia !!!



Aku sangat mengaguminya. Tapi,tolong jangan tanyakan padaku seberapa dalam kekagumanku padanya. Sebab aku takkan pernah bisa mengatakannya padamu. Sejak kali pertama aku kenal dengannya, ada rasa yang berbeda di hatiku padanya. Dia berbeda, teramat sangat berbeda, dari orang kebanyakan yang telah ku kenal. Dia adalah pribadi yang sangat menarik. Tiap tutur katanya adalah dambaanku, sikapnya & caranya berhadapan serta memperlakukan orang lain teramat sangat menyentuh hatiku. Dia...dia adalah seseorang yang telah lama ku cari," Mutiara yang hilang, kini telah kutemukan" (hahahaha seperti lagu saja).

Kelak...Aku mengikutinya, kemanapun dia pergi, aku melihatnya & mendengarnya. Aku berada sangat dekat dengannya. Padanya, ku gantungkan begitu banyak asa di hati. Padanya ku sandarkan begitu banyak hal yang membebani hatiku. Aku sangat berharap, suatu saat, dia...dia menjadi seseorang seperti yang ku inginkan.

I love him.

Pacaran Menurut Alkitab

Pacaran Menurut Alkitab



Berpacaran adalah konsep masyarakat modern, artinya baru beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Di masa lampau hal ini tidak di kenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau orang tua kedua belah pihak. Mengapa demikian? Karena memang perkawinan bukan cuma masalah pribadi kedua orang yang terlibat saja, melainkan mempunyai dampak yang luas kepada keluarga dan seluruh masyarakat sekitarnya. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa suatu perubahan besar bagi generasi muda, mereka belajar bersama dan bergaul bersama dan menuju kedewasaan bersama. Dalam pergaulan sering kali berkembang pada hubungan-hubungan yang khusus yang menjurus ke pada persahabatan atau kepada pacaran.


Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga munculah hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Jadi apabila kita melihat pengertian di atas, maka berpacaran itu bukanlah sekedar bersenang-senang melampiaskan nafsu, mengisi kekosongan, tetapi di dalam berpacaran itu ada suatu keseriusan dan kesungguhan untuk menjalin hubungan kedua belah pihak, yang menuju kepada suatu pertunangan. Namun pada umumnya orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sesungguhnya yaitu dengan cara menyalah gunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak yang negatif dan tidak jarang kedua belah pihak saling merugikan, misalnya:


1. Ganti-ganti pacar
2. Saling mendewakan
3. Melampiaskan nafsu seksual yang tidak wajar dan belum saatnya di lakukan pada tahap itu.


Sayangnya banyak orang terburu-buru dalam proses ini, sehingga masih terlalu muda, sudah ada remaja yang jatuh cinta dan bahkan merasa yakin bahwa orang yang diidamkan itu pasti merupakan pasangan hidupnya, ada juga pada masa pacaran orang sudah memanggil papi dan mami. Padahal belum tentu mereka akan menjadi suami istri. Apa yang terjadi apabila ternyata hubungan tersebut putus! Yang terjadi adalah kepahitan dan kekecewaan yang sangat mendalam karena seolah-olah seluruh harapan sudah ditumpahkan kepada sang pacar. Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta. Persahabatan berlangsung antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang lebih baik. Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari pada masa berpacaran. Dalam masa ini, suatu pasangan sudah tiba pada tahap perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan keluarga. Pernikahan adalah bersatunya dua lawan jenis menjadi satu daging dan menjadi satu lembaga yaitu Keluarga.

Bab III Pacaran menurut Alkitab

Telah dikatakan dalam Bab I bahwa pacaran itu adalah konsep masyarakat modern, dan secara tertulis Alkitab tidak pernah menyinggung soal kata pacaran ini, tetapi ada kisah-kisah dalam Alkitab yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda yang begitu sangat mencintai seorang wanita, namanya Yakub (Kej. 29:18). Kisah ini memang tidak dicatat secara terperinci bagaimana sikap kedua insan ini, tetapi yang jelas Yakub mendapatkan Rahel, setelah ia bekerja dengan penuh kesungguhan selama tujuh tahun tujuh hari, tetapi ia harus menambah selama tujuh tahun lagi. Ini membutuhkan suatu ketabahan/kesabaran yang luar biasa. Dalam perjanjian baru mengenai pacaran ini hanya tersirat yaitu bagaimana sikap seorang Kristen misalnya (Roma 12:20) dimana sistim pacaran dunia tidak dapat dipakai oleh seorang Kristen ketika ia ada pada masa-masa pacaran. Dipihak lain Paulus menasihatkan anak didiknya Timotius yang masih muda itu supaya bisa jadi teladan dari hal percaya, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian agar orang tidak melihat atau menganggap rendah Timotius masih muda itu. Melihat hal-hal diatas, maka mari kita melihat bagaimana cara anak Tuhan berpacaran menurut konsep Alkitabiah:


Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:


Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam I Korintus 13:4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes. 13:16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.

Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan biasanya diiringi dengan nafsu (seks) dan itulah adalah dosa. Mat. 5:28, menginginkannya saja sudah berzina. Simpati itu bisa saja tetapi naksir itu tidak boleh. Jadi pacaran yang benar harus berorentasi pada kasih akan Allah, dimana kepentingan Allah yang harus diutamakan atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu. Kita harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti atuaran main yang Allah berikan, diantaranya :II Korintus 6:14 …….

Meskipun pada tingkat tubuh dan jiwa pasangan yang tidak seimbang itu dapat bersatu, namun dalam tingkat roh terjadi kekosongan. Pasangan itu tidak dapat berdoa bersama-sama dan tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang menggoncangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Akibat dari hal ini kepentingan pribadi akan didahulukan dari kepentingan Allah.

Jika berpacaran yang benar harus didasari kasih akan Allah, maka dalam hal berpacaran kita harus berani bertanya kepada Tuhan, mengapa demikian? Karena pacaran itu merupakan suatu persiapan kita masuk pada pertunangan dan pernikahan. Jika pacaran itu didasari atas diri kita sendiri, itu seringkali membawa hasil kekecewaan, misalnya ketika kita mengambil sikap memutuskan dia; syukur bila yang kita putuskan itu tidak kecewa, tetapi apabila ia merasa kecewa/sakit hati maka itu berarti kita telah melakukan pembunuhan dan bisa jadi pasangan kita itu akan meninggalkan Tuhan bahkan menjadi murtad. Ini berarti kita berdosa kepada Tuhan. Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Maha Tahu yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan /kebutuhan kita bahkan Ia menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah Yeremia 29:11; Amsal 23:18. Jadi pacaran yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus. Bukan berdua-berdua, karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang…berbahaya’.



1. Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta dengan pertimbangan : mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju lorong rumah Nikah.


3. Pacaran duniawi, berorientasi masa kini (sekarang)


Standar Alkitab tentang pacaran yaitu I Tesalonika 4:3 yaitu Allah berkehendak supaya kita ada dalam kekudusan. Jangan merusak Bait Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat. 5:27-28; Kid. 2:7; 3:5 ;8:4. Efesus 4:27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis sebab dengan kita membuka celah berarti kita telah memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks akan membawa kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama) antara lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu baru mengenal. Ciuman dan pelukan antara seorang pemuda dan pemudi merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksuil dan kenikmatan. Ada empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat.
Keempat tingkat tersebut ialah:


Ransangan seksual yang terus menerus akan menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata bahwa ciuman itu normal, karenan ciuman itu adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih mengikat tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru karena Alkitab memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan membuat seorang merasa bersalah bahkan bisa merubah sayang itu menjadi benci. Contoh II Samuel 13:1-15. Cerita ini mengisahkan anak-anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar, sampai-sampai ia jatuh sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar. Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka jatuh pada dosa seks, timbullah suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti bercumbuan bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef. 4:17-21) supaya anak Tuhan jangan jatuh pada hal berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam masa berpacaran karena itu bertentangan dengan Alkitab. Dengan demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa berpacaran, sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu berperan, yang nantinya akan membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih jauh lagi pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja. I Timotius 5:22 bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu". Yesaya 5:20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai setan untuk menghancurkan nilai-nilai iman Kristen. Akhirnya kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam konteks Alkitabiah yaitu:


2. Dalam Perjanjian Baru I Korintus 6:10 Hubungan seksual diluar pernikahan adalah percabulan. I Korintus 6:13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.




1. Berdoalah senantiasa, I Tes. 5:17; khususnya pada waktu pacaran

2. Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef. 5:20; apakah semua pengalaman pada waktu berpacaran menimbulkan ucapan syukur?


4. Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu ( I Korintus 6:19-20
3. Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14:23 setiap langkah dalam hubungan pacaran mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.
Agar pemuda-pemudi di dalam Kristus tidak berdiri dengan menangis dan menyesal pada puing-puing ketentuan yang mereka sudah setujui bersama pada awal hubungan mereka, haruslah mereka berorientasi dalam segala pergaulan mereka kepada ke empat nasihat Firman Tuhan yaitu:
Bab IV Kesimpulan
Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I Tesalonika 4:3-5,8. Jadi berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak sama dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah suami atau isteri sehingga tidak boleh diperlakukan demikian. Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran pergi bersama-sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain sehingga selalu ada rem yang mampu mengendalikan semua tingkah laku.
1. Dalam perjanjian Lama Ulangan 22:13-30 Ungkapan ini menunjukkan betap tingginya nilai keperawanan, Amsal 7:1327.
1. Berpegangan tangan.
2. Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.
3. Berciuman
4. Saling membelai dengan tangan di dalam baju.
Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat. Masing-masing harus dapat melepaskan satu dengan yang lainnya (bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.
2. Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya sebagai rumah kediaman Roh Kudus (I Korintus 3;16) yang dikagumi dan di hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di miliki dalam rumah nikah, dimana mereka saling menerima satu dengan yang lain dari tangan Tuhan.
Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah dikatakan tadi dalam Roma 12:12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda dengan berpacaran yang Alkitab/ berpacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Perbedaannya yaitu:
3.2. Harus mengikuti standar moral Alkitab.
1. Cinta Kasih
2. Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.
3.1. Pacaran itu harus didasari Kasih Allah.
Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan tai gigipun akan rasa coklat…dan sebagainya,….dsb.
Bab II Arti dari pacaran
Bab I Pendahuluan

Senin, 14 Maret 2011

"Kisah Sebuah Kesetiaan "

Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Matius 25:23

Cerita kesetiaan seekor anjing pada tuannya seringkali menyentuh hati. Di Jepang ada legenda seekor anjing yang setia menemani tuannya, Prof. Dr. Elisaburo Ueno, guru besar di Universitas Tokyo. Awalnya, Hachiko, anjing itu diajak mengantar dan menjemput tuannya di sebuah stasiun kereta api. Setiap hari, Hachiko selalu menunggu dengan setia kedatangan profesor. Suatu saat, tahun 1925, sang profesor tidak muncul di stasiun kereta karena meninggal di tempat mengajar. Namun Hachiko, dengan kesetiaan luar biasa tetap menanti hingga tengah malam. Keesokannya, lusa, dan bahkan dikisahkan seterusnya selama 10 tahun, ia terus menunggu. Suatu saat, Hachiko tertabrak dan mati seketika. Kisah ini sangat mengharukan masyarakat Jepang sehingga mereka mengabadikannya dengan mendirikan patung anjing.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Matius 25:23 adalah gambaran kerinduan Allah akan kesetiaan anak-anak-Nya. Kesetiaan yang bukan didasari oleh motivasi yang salah misalnya ingin berkat, tetapi murni karena mengasihi Allah. Allah tidak mengidentifikasikan hamba yang setia sebagai orang serba bisa dalam pekerjaannya, tapi lebih kepada kesetiaan atau ketekunan seorang hamba dalam melayani karena kasih. Sudahkah anda setia atas apa yang Allah percayakan kepada anda dengan alasan yang benar? Setialah pada hal kecil agar dipercaya Allah untuk perkara yang besar.

3 PINTU KEBAJIKAN

Seorang Raja, mempunyai anak tunggal yg pemberani, trampil dan pintar. Untuk menyempurnakan pengetahuannya, ia mengirimnya kepada seorang pertapa bijaksana. "Berikanlah pencerahan padaku tentang Jalan Hidupku" Sang Pangeran
meminta.

"Kata-kataku akan memudar laksana jejak kakimu di atas pasir", ujar Pertapa.
"Saya akan berikan petunjuk padamu, di Jalan Hidupmu engkau akan menemui 3 pintu.

Bacalah kata-kata yang tertulis di setiap pintu dan ikuti kata hatimu. Sekarang pergilah sang Pertapa menghilang dan Pangeran melanjutkan perjalanannya. Segera ia menemukan sebuah pintu besar yang di atasnya tertulis kata "UBAHLAH DUNIA"

"Ini memang yang kuinginkan" pikir sang Pangeran. "Karena di dunia ini ada hal-hal yang aku sukai dan ada pula hal-hal yang tak kusukai. Aku akan mengubahnya agar sesuai keinginanku"

Maka mulailah ia memulai pertarungannya yang pertama, yaitu mengubah dunia.
Ambisi, cita-cita dan kekuatannya membantunya dalam usaha menaklukkan dunia agar sesuai hasratnya. Ia mendapatkan banyak kesenangan dalam usahanya tetapi hatinya tidak merasa damai.
Walau sebagian berhasil diubahnya tetapi sebagian lainnya menentangnya. Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari, ia bertemu sang Pertapa kembali.

"Apa yang engkau pelajari dari Jalanmu ?" Tanya sang Pertapa
"Aku belajar bagaimana membedakan apa yang dapat kulakukan dengan kekuatanku dan apa yang di luar kemampuanku, apa yang tergantung padaku dan apa yang tidak tergantung padaku" jawab Pangeran.

"Bagus! Gunakan kekuatanmu sesuai kemampuanmu. Lupakan apa yang di luar kekuatanmu, apa yang engkau tak sanggup mengubahnya" dan sang Pertapa menghilang.

Tak lama kemudian, sang Pangeran tiba di Pintu kedua yang bertuliskan "UBAHLAH SESAMAMU"
"Ini memang keinginanku" pikirnya. "Orang-orang di sekitarku adalah sumber kesenangan, kebahagiaan, tetapi mereka juga yang mendatangkan derita, kepahitan dan frustrasi"

Dan kemudian ia mencoba mengubah semua orang yang tak disukainya. Ia mencoba mengubah karakter mereka dan menghilangkan kelemahan mereka. Ini menjadi pertarungannya yang kedua.
Tahun-tahun berlalu, kembali ia bertemu sang Pertapa.

"Apa yang engkau pelajari kali ini?"

"Saya belajar, bahwa mereka bukanlah sumber dari kegembiraan atau kedukaanku, keberhasilan atau kegagalanku. Mereka hanya memberikan kesempatan agar hal-hal tersebut dapat muncul. Sebenarnya di dalam dirikulah segala hal tersebut berakar"

"Engkau benar" Kata sang Pertapa. "Apa yang mereka bangkitkan dari dirimu, sebenarnya mereka mengenalkan engkau pada dirimu sendiri.

Bersyukurlah pada mereka yang telah membuatmu senang & bahagia dan bersyukur pula pada mereka yang menyebabkan derita dan frustrasi.
Karena melalui mereka lah, Kehidupan mengajarkanmu apa yang perlu engkau kuasai dan jalan apa yang harus kau tempuh" Kembali sang Pertapa menghilang. Kini Pangeran sampai ke pintu ketiga "UBAHLAH DIRIMU"

"Jika memang diriku sendiri lah sumber dari segala problemku, memang di sanalah aku harus mengubahnya". Ia berkata pada dirinya sendiri.

Dan ia memulai pertarungannya yang ketiga. Ia mencoba mengubah karakternya sendiri, melawan ketidaksempurnaannya, menghilangkan kelemahannya, mengubah segala hal yg tak ia sukai dari dirinya, yang tak sesuai dengan gambaran ideal. Setelah beberapa tahun berusaha, di mana sebagian ia berhasil dan sebagian lagi gagal dan ada hambatan, Pangeran bertemu sang Pertapa kembali.

"Kini apa yang engkau pelajari ?"
"Aku belajar bahwa ada hal-hal di dalam diriku yang bisa ditingkatkan dan ada yang tidak bisa saya ubah"

"Itu bagus" ujar sang pertapa. "Ya" lanjut Pangeran, "tapi saya mulai lelah untuk bertarung melawan dunia, melawan setiap orang dan melawan diri sendiri. Tidakkah ada akhir dari semua ini ? Kapan saya bisa tenang ? Saya ingin berhenti bertarung, ingin menyerah, ingin meninggalkan semua ini !"

"Itu adalah pelajaranmu berikutnya" ujar Pertapa. Tapi sebelum itu, balikkan punggungmu dan lihatlah Jalan yang telah engkau tempuh". Dan ia pun menghilang. Ketika melihat ke belakang, ia memandang Pintu Ketiga dari kejauhan dan melihat adanya tulisan di bagian belakangnya yang berbunyi "TERIMALAH DIRIMU". Pangeran terkejut karena tidak melihat tulisan ini ketika melalui pintu tsb. "Ketika seorang mulai bertarung, maka ia mulai menjadi buta" katanya pada dirinya sendiri.

Ia juga melihat, bertebaran di atas tanah, semua yang ia campakkan, kekurangannya, bayangannya, ketakutannya. Ia mulai menyadari bagaimana mengenali mereka, menerimanya dan mencintainya apa adanya.
Ia belajar mencintai dirinya sendiri dan tidak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain, tanpa mengadili, tanpa mencerca dirinya sendiri.
Ia bertemu sang Pertapa, dan berkata "Aku belajar, bahwa membenci dan menolak sebagian dari diriku sendiri sama saja dengan mengutuk untuk tidak pernah berdamai dengan diri sendiri. Aku belajar untuk menerima diriku seutuhnya, secara total dan tanpa syarat."

"Bagus, itu adalah Pintu Pertama Kebijaksanaan" , ujar Pertapa.
"Sekarang engkau boleh kembali ke Pintu Kedua"

Segera ia mencapai Pintu Kedua, yang tertulis di sisi belakangnya "TERIMALAH SESAMAMU". Ia bisa melihat orang-orang di sekitarnya, mereka yang ia suka dan cintai, serta mereka yang ia benci.
Mereka yang mendukungnya, juga mereka yang melawannya. Tetapi yang mengherankannya, ia tidak lagi bisa melihat ketidaksempurnaan mereka, kekurangan mereka. Apa yang sebelumnya membuat ia malu dan berusaha mengubahnya. Ia bertemu sang Pertapa kembali, "Aku belajar"ujarnya "Bahwa dengan berdamai dengan diriku, aku tak punya sesuatupun untuk dipersalahkan pada orang lain, tak sesuatupun yg perlu ditakutkan dari mereka. Aku belajar untuk menerima dan mencintai mereka, apa adanya.

"Itu adalah Pintu Kedua Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa, "Sekarang pergilah ke Pintu Pertama" Dan di belakang Pintu Pertama, ia melihat tulisan "TERIMALAH DUNIA
"Sungguh aneh" ujarnya pada dirinya sendiri "Mengapa saya tidak melihatnya sebelumnya". Ia melihat sekitarnya dan mengenali dunia yang sebelumnya berusaha ia taklukan dan ia ubah. Sekarang ia terpesona dengan betapa cerah dan indahnya dunia. Dengan kesempurnaannya.
Tetapi, ini adalah dunia yang sama, apakah memang dunia yang berubah atau cara pandangnya? Kembali ia bertemu dengan sang Pertapa : "Apa yang engkau pelajari sekarang ?"

"Aku belajar bahwa dunia sebenarnya adalah cermin dari jiwaku. Bahwa Jiwaku tidak melihat dunia melainkan melihat dirinya sendiri di dalam dunia. Ketika jiwaku senang, maka dunia pun menjadi tempat yang menyenangkan. Ketika jiwaku muram, maka dunia pun kelihatannya muram.
Dunia sendiri tidaklah menyenangkan atau muram. Ia ADA, itu saja. Bukanlah dunia yang membuatku terganggu, melainkan ide yang aku lihat mengenainya. Aku belajar untuk menerimanya tanpa menghakimi, menerima seutuhnya, tanpa syarat.

"Itu Pintu Ketiga Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa. "Sekarang engkau berdamai dengan dirimu, sesamamu dan dunia" Sang pertapa pun menghilang.
Sang pangeran merasakan aliran yang menyejukkan dari kedamaian, ketentraman, yang berlimpah merasuki dirinya. Ia merasa hening dan damai.

10 Penyakit Penghalang Kesuksesan

Dalam kehidupan nyata sehari-hari tidak jarang dijumpai beberapa hal seperti diungkapkan ini. Ini sepuluh alasan yang sering menjadi latar belakang kegagalan seseorang.


1. MENYALAHKAN ORANG LAIN

Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang Dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet ? Selalu "siapa" Bukan "apa" penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu "apa" sebabnya, bukan "siapa". Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas. Kekanak-kanakan. Kenapa ? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh," Adik tuh yang salah", atau " mbak tuh yang salah". Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa selalu akan mencari sebab terjadinya sesuatu.


2. MENYALAHKAN DIRI SENDIRI

Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Ini berbeda dengan MENGAKUI KESALAHAN. Anda pernah mengalaminya ? Kalau anda bilang tidak pernah, berarti anda bohong. "Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat dsb, Lha saya ini apa ?, wah saya nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh". Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai "improper guilty feeling". Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang "Saya kok yang memang salah, tidak mampu dsb". Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap Wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.


3. TIDAK PUNYA GOAL / CITA-CITA

Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Ilustrasinya kayak gini : Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang: "Nah tuh ada kelinci, kejar aja". Dia kejar itu kelinci, wesss...., kelinci lari lebih kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai nggak dengar / peduli apa-apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar. Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain. "Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang". "Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk fun aja sih". Kalau "GOAL" kita hanya untuk "FUN", isi waktu aja, ya hasilnya cuma terengah-engah saja.


4. MEMPUNYAI "GOAL", TAPI NGAWUR MENCAPAINYA

Biasanya dialami oleh orang yang tidak "teachable". Goalnya salah, focus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya kayak gini : ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya : Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan.


5. MENGAMBIL JALAN PINTAS, SHORT CUT

Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada !


6. MENGAMBIL JALAN TERLALU PANJANG, TERLALU SANTAI

Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take- off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya Cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan ?


7. MENGABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL

Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.


8. TERLALU CEPAT MENYERAH

Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah repot sekali.


9. BAYANG BAYANG MASA LALU

Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa ? Kita selalu penuh memori kan ? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit nomer-3. Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. Memori kita kadang- kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. "Waktu" itu maju kan ?. Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik ?? Nggak ada kan ? Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori negatif yang menghalangi kesuksesan.


10. MENGHIPNOTIS DIRI DENGAN KESUKSESAN SEMU

Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana lagi.Sudah puas dengan sukses kecil tersebut. Napoleon pernah menyatakan:"Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang besar". Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak sasaran yang besar, goal yang jauh. Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur. Sudah saatnya kita memperbaiki kehidupan kita. Kesempatan terbuka lebar untuk siapa saja yang ingin maju. "Usaha dan tindakan tidak selalu menghasilkan keberhasilan tetapi... Tidak ada keberhasilan TANPA usaha dan tindakan."